Berhentilah Menyalahkan Anies! Dia Tidak Tahu Apa Yang Harus Dia Perbuat!
Berita Terkini - Banjir di Jakarta bukan barang baru. Berita ataupun cerita tentang banjir di Jakarta itu sudah melegenda sejak zaman dulu. Media massa baik elektronik maupun cetak sudah berulangkali menayangkan dan tak bosan – bosannya memberitakan banjir Jakarta. Antara banjir dan Jakarta, keduanya memiliki pertalian yang cukup erat. Artinya ketika orang bicara tentang banjir, yang terlintas di pikiran adalah Jakarta. Begitupun sebaliknya ketika kita menyebut Jakarta, maka gambaran kota yang pada musim hujan selalu digenangi air mirip saluran irigasi raksasa, itulah yang terpampang di mata angan kita.
Di masa kepemimpinan BTP, ada optimisme bahwa hubungan mesra antara banjir dan Jakarta akan segera berakhir. Hal ini terlihat dari berkurangnya area / wilayah Jakarta yang terkena banjir. Jakarta yang sebelumnya jika pada musim hujan dipenuhi dengan genangan air, di masa kepemimpinan BTP, area banjir hanya terdapat di beberapa titik terpisah, dalam arti banjirnya tidak merata. Andai saja DKI Jakarta saat ini masih di bawah kepemimpinan BTP, penulis yakin hubungan mesra antara Jakarta dan banjir dipastikan selesai. Kalaupun masih ada, itu hanyalah riak – riak kecil sisa asmara banjir yang menuntut untuk bercumbu kembali dengan Jakarta, mantan terindahnya... hehehe
Di masa kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, hubungan mesra antara Jakarta dan Banjir mencapai puncaknya. Genangan air yang dulunya hanya ada di beberapa titik terpisah kini menyatu bahkan nyaris menenggelamkan rumah – rumah penduduk di beberapa wilayah. Warga Jakarta pun dibuai mabuk. Bukan karena miras ataupun sejenisnya, tetapi karena banjir. Semua mata tertuju pada Anies Baswedan. Semua telunjuk mengarah ke hidungnya. Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta itu, dianggap bertanggung jawab karena lalai, tidak becus bahkan diduga sengaja membiarkan begitu saja hubungan mesra antara banjir dan Jakarta.
Anies Baswedan, bukannya tanpa upaya. Berbagai cara sudah dia lakukan untuk mencegah pertemuan antara banjir dan Jakarta. Tetapi entah kenapa semua berjalan tidak sesuai harapan. Ada yang tahu, apa yang salah dengan Anies Baswedan?. Atau mungkin dia lupa, kalau segala tindakan yang sudah diperbuatnya yakni menjaga agar Jakarta jangan sampai kebanjiran, itu “sedikit saja yang nyata, karena dia lebih banyak berkata – kata?”.
Pertemuan yang berulangkali terjadi antara banjir dan Jakarta, itu bukan keinginan Anies Baswedan. Perlu dipahami yah, itu pertemuan rutin antara Jakarta dan banjir. Yang bisa dilakukan Anies Baswedan ketika langit mulai mendung yaitu berdoa. Dia minta langit segera cerah dan berharap mendung segera pergi. Anies tidak benci hujan kok. Anies hanya tidak suka banjir. Padahal banjir itu cuma numpang lewat. Sebab tempat yang biasa dipakai banjir untuk lewat itu sudah disesaki dengan sampah bekas warga Jakarta yang tidak segera dikeruk oleh Anies Baswedan.
Anies sudah berupaya untuk membawa Jakarta agar terhindar dari banjir. Menghindar dengan kata – kata, bukan dengan tindak nyata. Kalaupun ada tindak nyata, itu hanya sekedarnya saja. Tidak fokus. Tidak konsisten. Tidak bertanggung jawab. Hasilnya, sepandai-pandainya Anies membawa Jakarta lari dari banjir, tetap terkejar dan kebanjiran juga kan?
Oh iya, bicara tentang tanggung jawab, masalah banjir ini berkaitan dengan tanggung jawab Anies Baswedan ke warga Jakarta kan?. Yang pilih Anies Baswedan jadi Gubernur DKI Jakarta itu siapa?. Kalau dipikir – pikir kita juga tidak bisa menyalahkan warga Jakarta. Salah Anies juga tuh, kenapa waktu Pilgub kemarin tebar janji melulu? Yang janji “Maju Kotanya, Bahagia Warganya” itu siapa?.
Sudah ah, berhenti menyalahkan Anies Baswedan. Mengertilah.. saat ini dia benar – benar tidak tahu apa yang harus dia perbuat. Anies tidak menyalahkan hujan. Dia itu hanya takut dengan banjir. Sebab banjir itu tidak tahu permisi. Dan setiap kali banjir naik ke permukaan, selalu ada orang yang menuding dan mengganggu ketenangannya. Wajah orang – orang di Jakarta sudah tidak bersahabat. Sudah pada keras. Mau tidak keras bagaimana, setiap hari mereka harus menghadapi stres. Stres dengan kemacetan, Covid 19, masalah ekonomi, politik, demo, lalu sekarang dipaksa untuk lomba renang karena banjir. Startnya dari dalam rumah, finishnya di jalanan kota.
Hujan, berhentilah. Kasihan Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta itu. Dia tidak tahu apa yang harus dia perbuat. Dia sudah bosan melihat Jakarta terus bercumbu dengan banjir. Dia rindu musim kemarau yang berkepanjangan. Hanya di musim kemarau dia dapat bekerja dengan tenang. Di musim kemarau dia tidak peduli dengan ocehan orang yang tidak suka dengan pekerjaannya. Dia ingin kerja, kerja dan kerja. Tapi bukan dengan karya, melainkan dengan kata – kata.
Post a Comment