Pak Prabowo, Jangan Lupa Berlatih untuk Menerima Kekalahan

Berita Terkini - Pada dasarnya manusia itu tidak menyukai kekalahan atau kegagalan. Sebagian merespons kekalahan dengan negatif, mulai dari menghukum diri terlalu keras, menyalahkan orang lain, hingga mencari-cari alasan atas kekalahan itu. Namun, sebagian orang mampu merespons dengan lebih positif, misalkan dengan mengoreksi diri, berlatih lebih keras agar bisa menang pada lain kesempatan, hingga tak lupa dengan sportif mengakui bahwa dirinya kalah karena lawan bermain lebih baik.

Lantas, apa kaitan paragraf pembuka tadi dengan judul tulisan kali ini? Jelas sangat berkaitan, terutama kalau kita mengingat momen Pilpres 2014 dan Pilpres 2019 dimana dalam dua kali kesempatan bertarung demi kursi RI-1, seorang Prabowo Subianto harus kalah dari lawan yang sama, yakni Joko Widodo.

Capres asal Surakarta, yang namanya melejit setelah sorotan kepemimpinan di Surakarta, yang lantas membawa Jokowi menuju Jakarta sebagai Gubernur, lalu naik takhta menjadi Presiden RI yang masih memimpin NKRI sampai hari ini.

Kekalahan Prabowo selain menjadi momen hattrick kekalahan selama bertarung di ajang Pilpres (sebelumnya Prabowo kalah saat berduet dengan Megawati Soekarnoputri), khususnya dua kali Pilpres yang terakhir, juga diwarnai sikap Prabowo yang terkesan tidak siap kalah atau mengharuskan dirinya menang padahal faktanya kalah dari Jokowi-JK dan Jokowi-Maruf.


Anda pun rasanya belum melupakan tingkah Prabowo yang sampai sekarang jejak digitalnya masih bisa ditemukan mudah di jagat internet. Mau cari apa? Prabowo sujud syukur? Prabowo naik kuda sambil bergaya bak Soekarno? Semua masih bisa diakses dengan mudah, sekaligus sebagai pengingat bahwa Prabowo Subianto saat itu bukanlah sosok yang sportif.

Baca Juga : Hasil Survei: Nama Ahok Berada di Urutan Pertama

Pada Pilpres 2014, Prabowo sujud syukur karena merasa menang, setelah beberapa lembaga survei kabarnya menyatakan Prabowo-Hatta unggul atas Jokowi-JK menurut quick count. Sampai hari ini, pada dedengkot lembaga survei, juga para pembisik gemblung yang menyatakan Prabowo-Hatta menang sepertinya belum merasa bersalah, padahal sudah bikin malu duet Prabowo-Hatta.

Selanjutnya, pada Pilpres 2019 kembali Prabowo merasa menang. Namun kali ini, data yang mereka peroleh katanya versi hitung nyata alias real count menurut tim internal mereka. Ini juga nggak kalah lucunya, karena hitungan internal kok dijadikan patokan, bukannya hitungan resmi KPU.

Kita pun ingat pada momen Pilpres 2019 itu pula, muncul istilah kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif sebagai upaya mencegah agar Prabowo-Sandiaga jangan sampai menang sehingga kalau mereka kalah, pasti ada yang mencurangi dari kubu lawan. Whaaaat?


Jadi, wajar kalau jelang Pilpres 2024 saya agak mempertanyakan kesiapan Prabowo menerima kekalahan, yang kalau sampai terjadi akan menjadi kekalahan yang keempat kalinya bagi eks menantu Soeharto tersebut. Semoga Pak Prabowo sudah berlatih untuk legowo seandainya sampai kalah lagi pada Pilpres 2024 nanti.

Kalau dahulu Prabowo tanpa curiga sedikit pun percaya begitu saja kalau duet Prabowo-Hatta menang, lalu berlanjut dengan merasa dicurangi, entah besok apa lagi isu yang akan dimainkan pada Pilpres 2024. Dugaan saya sih, arah tudingan akan mengarah pada Jokowi, yang dianggap terlalu ikut campur atau menyetting agar Pilpres 2024 dimenangkan oleh kader PDI Perjuangan.

Semoga dugaan saya keliru, tapi feeling saya kok mengatakan akan ada aksi serupa atau sedikit dimodifikasi, yang bisa datang dari kubu lawan Ganjar Pranowo nantinya. Apalagi kalau sampai Si Rambut Putih itu sukses memenangkan Pilpres 2024 bersama wakilnya, yang belum kita ketahui sampai hari ini. Bagaimana menurut Anda?

sumber : https://seword.com/politik/pak-prabowo-jangan-lupa-berlatih-untuk-menerima-BLkBIG92VK

No comments

Powered by Blogger.
------------------------------